Prolog
“Al Hasan bin Ali rahimmahullah pernah berkata pada seorang laki-laki; ‘kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya’ karena itulah, aku memilih kamu untuk menjadi bakal Imamku. Jadi…. Apa Kak Hamzah bersedia?” Tanya Nissa dengan dada berdebar. Secercah harapan tersorot dalam maniknya. Dia sudah berusaha menjadi sosok layaknya Khadijah yang menyatakan perasaannya lebih dulu kepada Nabi Muhammad meski dia sadar cara yang seperti ini adalah salah. Sebab Khadijah menyatakannya lewat perantara, sedangkan dia nekat mengatakannya langsung. Dan Nissa berharab ending dari kisahnya ini yang sama seperti Khadijah. Dimana Nabi Muhammad menerimanya dan mereka hidup bahagia dalam mahligai rumah tangga yang samawa. Akan tetapi…. Hamza justru menjatuhkan harapannya hanya dengan dia yang berkata, “Dari Abu Hurairah radliyallahu’anhu, Rasulullah bersabda: ‘pere